Greta Gerwig, sang "Lady Bird"
(Greta Gerwig dan Sam Levy di set 'Lady Bird'. Merie Wallace/A24)
Lady Bird, mahakarya pertama dari si geulis Greta Gerwig, memulai debutnya dalam Telluride Film Festival pada September 2017 lalu dan sempat digadang-gadang akan menjadi lawan kuat dalam perebutan piala 90th Academy Awards kemarin. Film ini berpotensi meraih kemenangan di empat nominasi cetar: Best Picture, Best Original Screenplay, Best Actress (Saoirse Ronan), dan Best Supporting Actress (Laurie Metcalf). Neng Greta sang mastermind pun diproyeksikan menjadi pemenang perempuan kedua setelah Kathryn Bigelow dalam kategori Best Director.
Sayangnya, nasib baik belum mampir. Lady Bird muncul dengan tangan kosong sepulang Oscar 2017 kemarin—keputusan yang mana masih banyak yang belum rela. Alas, hal itu tidak mengurangi kekerenan Lady Bird yang terpilih sebagai salah satu film terbaik sepanjang tahun 2017 versi the National Board of Review, the American Film Institute, dan majalah Time. Lady Bird juga sempat mencetak rekor sebagai film kedua dengan rating perfecto dan reviewer terbanyak di Rotten Tomatoes saat baru-baru keluar.
Pencapaian-pencapaian yang tentunya keren pisan untuk ukuran film debut.
Nama Greta Gerwig mungkin baru muncul sebagai salah satu sutradara beken setelah film debutnya kemarin sukses menjadi hit di sinema dan forum kritik. Namun, Gerwig sebenarnya sudah memulai karirnya dalam dunia film jauh sebelum masa itu.
Doi pertama kali muncul dalam film besutan Joe Swanberg, LOL (2006). Disana, doi berperan sebagai karakter minor bernama ‘Greta’. Gerwig juga langganan muncul di film-film Noah Baumbach—yang merupakan bucinnya sejak akhir 2011—macam: Greenberg (2010), Frances Ha (2012), dan Mistress America (2015).
Transisi Gerwig dari aktris ke sutradara tentunya bukan hal yang prok prok prok langsung jadi begitu saja. Berkebalikan dengan kisah ‘Lady Bird’, Gerwig tidak lulus dari universitas prestise macam NYU. Tadinya ia memang ingin mengambil jurusan Teater di NYU, tetapi ujungnya malah jadi sarjana Inggris dan Filosofi lulusan Barnard College.
Pas kuliah di Barnard, Gerwig pertama kali kenal dengan Joe Swamberg yang mengajaknya untuk tampil di film LOL (2006). Dari situ, Gerwig mulai terjun dan menggeluti film indie, khususnya subgenre mumblecore—film yang menekankan pada dialog natural dan improvisasi akting, serta umumnya low budget. Tak lama setelah itu, Gerwig dan Swamberg memulai duet dalam penulisan naskah dan penyutradaraan lewat film Hannah Takes the Stairs (2007) dan Nights and Weekends (2008).
Nama Gerwig sebagai aktris mulai naik saat ia memerankan karakter Florence Marr—mantan asisten rumah tangga dan love interest Ben Stiller dalam film besutan Noah Baumbach yang berjudul Greenberg (2010). Banyak kritikus yang menyebut akting Gerwig sangat segar. Ia dipuji habis-habisan karena memberikan angin baru dengan tidak mengikuti gaya akting yang monoton.
Dua tahun setelah kerjasama pertamanya dengan Baumbach, Gerwig memberanikan diri untuk terjun menduduki kursi penulis naskah bersama sang pacar. Duet maut mereka membuahkan Frances Ha (2012) yang sukses menyabet nominasi di Golden Globe. Gerwig memberikan performa natural sebagai seorang penari yang sedang meraih mimpinya. Dalam debut naskah pertamanya tersebut, Gerwig tak lupa menyisipkan sisi personalnya dengan memasukkan Sacramento sebagai kota asal karakter utama—kota yang sama yang menjadi fokus kehidupan Lady Bird.
Sehabis itu, karier Gerwig sebagai aktris relatif naik. Ia kembali menulis naskah bersama Baumbach untuk film Mistress America (2015). Namanya pun makin dikenal, terutama karena mendapat peran dalam film Oscar-worthy macam Jackie (2016) dan 20th Century Women (2016).
Pada 2017, setelah kenyang menjajaki dunia film sebagai aktris dan penulis naskah, Gerwig akhirnya memulai debut resminya sebagai sutradara. Lewat Lady Bird, Gerwig—merangkap penulis naskah—menggambarkan secara sempurna romansa ibu-anak yang mengena di hati. Gerwig, sebagai seorang perempuan, berhasil membuat film coming of age yang mengambil fokus pada karakter utama perempuan—hal yang sangat jarang dan sangat berani untuk dilakukan.
Selama ini, kita lebih familiar mengikuti fase pendewasaan dalam kacamata bocah laki-laki—sebut saja Boyhood (2014) dan Submarine (2010). Kalaupun ada film coming of age yang berfokus pada perempuan, sulit untuk menemui karakter remaja perempuan yang tidak terobsesi sama cowok keren atau didominasi keinginan untuk punya pacar kayak dalam film-film klasik John Hughes.
Lady Bird, di sisi lain, jelas merupakan film coming of age tentang perempuan yang dibuat oleh perempuan. Film ini lebih menyoroti Christine McPerson aka ‘Lady Bird’ sebagai seorang remaja SMA dalam perjalannya menghadapi kedewasaan dibanding percintaannya dengan laki-laki.
Lady Bird memang kisah cinta-cintaan, Namun, Lady Bird menawarkan kisah cinta yang lebih dalam dengan orang-orang di hidup Christine—terutama ibunya. Pada suatu titik, Christine memang sempet ngebet memacari Kyle—cowok keren dari sekolah sebelah—tapi Kyle hanyalah karakter minor di hidup Christine. Ia tidak menggantungkan seluruh hidup dan membuang mimpinya hanya untuk satu laki-laki. Christine juga lebih memilih menghabiskan malam prom terakhirnya bersama bestie-nya ketimbang mengikuti Kyle. Hal lainnya juga: Christine gak menganggap konsep keperawanan sebagai sesuatu yang membentuk identitasnya sebagai perempuan—you go, girl!
Gerwig memang seorang feminis. Ia bahkan secara gamblang bilang kalo ia tidak mau lagi bekerjasama dengan Woody Allen setelah kontroversi pelecehan seksual yang dilakukan Woody. Cara pandang Gerwig serta ambisinya tentang bagaimana perempuan bersikap, as expected, tercermin rapi dalam karakter Christine.
"I just don't feel like I’ve seen very many movies about 17-year-old girls where the question is not, 'Will she find the right guy' or 'Will he find her?
The question should be: 'Is she going to occupy her personhood?' Because I think we're very unused to seeing female characters, particularly young female characters, as people."
– Wawancara Greta Gerwig dengan majalah Rolling Stone
Alasan lain kenapa Lady Bird terasa sangat dekat di hati dan realita sehari-hari mungkin berkaitan dengan fakta bahwa Lady Bird sedikit banyak diambil dari kehidupan personal Gerwig. Film ini memang sudah banyak disebut-sebut sebagai semi-autobiografi dari kehidupan Gerwig sebelum pindah ke New York. Kalau dilihat-lihat, film ini memang kental dengan nuansa rasa rindu dan cinta terhadap Sacramento, kota dimana Gerwig besar.
Bukan hanya kampung halaman yang sama, Gerwig dan Christine ‘Lady Bird’ juga sama-sama bersekolah di SMA katolik khusus perempuan. Nama Christine pun konon katanya diambil dari nama asli ibu Gerwig, dan ketertarikannya yang singkat dalam bidang teater juga menggambarkan passion Gerwig dulu. Ditambah lagi, Lady Bird bersetting di era 2000an—era saat Gerwig remaja.
Meski banyak kesamaan, tidak semua elemen dalam Lady Bird diambil dari kehidupan Gerwig. Sebagai permulaan, Gerwig asli tidak segila itu buat lompat dari mobil yang sedang berjalan—seperti yang ada dalam adegan pembuka.
Selain itu, Gerwig juga mengaku bahwa dirinya tidak se-rebel dan senyentrik itu untuk memakai nama palsu. Ia dan ibunya juga tidak memiliki dinamika hubungan sekeras Christine dan Marion.
Still, meski cuma semi-biografi, tidak diragukan lagi bahwa Lady Bird adalah karya yang lahir dari lubuk hati dan idealisme Gerwig. Gerwig, seperti Christine yang memutuskan sendiri identitasnya dengan nama ‘Lady Bird’, juga membuat pilihan-pilihan dan keputusannya sendiri. And therefore, she is the ultimate ‘Lady Bird’.
“ Christina…”
“ Lady Bird.”
“ Is that your given name?”
“ Ya.”
“ Why is it quote?”
“ Well, I gave it to my self, it's given to me by me.”
- Christine McPerson ‘Lady Bird’
Kurnia Latif Maulani is currently balancing a campus life as an advertising student, a professional life as a freelance writer, and an alternate life inside her own head. You're always welcome to say hi on her Instagram (but beware of her spamming your timeline with cat videos).
Catherine Payne
Thank you for such an amazing and informative article! It’s useful to know how to continue small talk and eventually make it into a great conversation.
Ronald Chen
Catherine PayneThank you for your comment! I will publish more tips on social communication as well as some useful negotiation tricks so stay tuned!
Philip Bowman
Your tips helped me change my attitude to small talk, and I’m not avoiding them anymore. I hope to see more of such posts here in the future.