Terjebak Nostalgia bersama Eternal Sunshine of the Spotless Mind
(Jim Carrey dan Kate Winslet dalam 'Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Focus Features)
Bagi sebagian umat, putus cinta bisa jadi penanda titik balik kehidupan. Saat putus cinta, rasa-rasanya mengembalikan sisa barang mantan atau menghapus foto bareng di highlight Instagram story adalah hal yang sah-sah saja. Lagipula, siapa coba yang sekeji itu ngelarang-larang orang yang abis patah hati?! Hah?! Hah?!1!1!1!
Nah tapi, gimana kalo abis putus, korban menghapus—literally menghapus—semua ingatan tentang sang mantan? Well pemirsah, itu baru tidak biasa.
Eternal Sunshine of the Spotless Mind bercerita tentang Joel Barish (Jim Carrey) yang baru putus dengan Clementine Kruczynski (Kate Winslet), mantan pacarnya setelah 2 tahun, dan kemudian memutuskan untuk menjalani prosedur yang dapat menghapus seluruh ingatan akan sosok Clementine.
Sekilas, premis tersebut terkesan menjanjikan kisah cinta roman picisan biasa. Mungkin dengan sentuhan komedi receh dan sentimen disana sini. Namun, di tangan arahan sutradara apik Michel Gondry serta penulis naskah jenius Charlie Kaufman—mastermind yang sama di balik Being John Malkovich (1999) dan Adaptation (2002)—film ini pun mampu menang di 77th Academy Awards kategori Best Original Screenplay, serta menjadi salah satu film terbaik sepanjang masa versi metacritic. Prestasi yang tentunya keren pisan.
Kejeniusan seorang Charlie Kaufman memang takusah diragukan lagi, cuma buang waktu. Kaufman sering disebut sebagai salah satu dari segelintir—kalo haram dikatakan satu-satunya—penulis naskah yang perannya menutupi eksistensi sang sutradara. Sepanjang karirnya sebagai penulis naskah, Kaufman telah meraih 3 nominasi dalam Academy Awards (dua untuk Best Original Screenplay dan satu untuk Best Adapted Screenplay).
Dibanding dua naskah ciptaan Kaufman sebelumnya, Eternal Sunshine of the Spotless Mind memang punya format yang lebih realis. Namun, hal ini tidak lantas juga membuat film yang mengantarkan Kate Winslet dalam nominasi 77th Academy Awards’ Best Actress ini jadi kusam dan ‘b aja’. Film ini tetap aja menawarkan kesegaran dan otentisitasnya sendiri dengan jalan narasi yang maju mundur cantik. Kita akan dibuai dengan suasana alur yang terasa berjalan maju—hanya untuk dikejutkan di ¾ bagian menuju akhir film. Yhaa semacam php tapi minus rasa kecewah *wink*.
Cerita dibuka dengan mengintip sekilas isi kepala Joel saat terbangun dengan pikiran yang kacau pada hari Valentine di tahun 2004. Si Joel ini bukan pribadi yang impulsif sebenernya, tetapi entah kenapa ia ingin melakukan hal di luar rutinitasnya hari itu. Doi bolos kerja dan menaiki kereta menuju Montauk—lokasi yang akan menjadi kunci di akhir film.
Joel lalu singgah ke sebuah pantai di Montauk dan seketika merasakan koneksi akan tempat itu—yang tentu aja, disiratkan secara malu-malu. Ternyata eh ternyata, ia bukan satu-satunya orang yang mendatangi pantai hari itu. Seorang gadis berjaket oranye juga berada disana.
“ If only I can meet someone new.”
– Joel Barish di pantai Montauk, galau.
Di kereta menuju pulang, ia dan gadis tadi berkenalan lalu terlibat adegan ledek-meledek terkait nama si gadis, Clementine. Dengan rambut warna biru mencolok ala-ala cewek tumblr serta kepribadian yang nyablak dan impulsif, Clementine merupakan kebalikan dari Joel yang cenderung tertutup dan jaim. Joel dan Clementine pun terlibat dalam obrolan awk, tapi anehnya juga akrab dan penuh deja vu.
Perkenalan mereka tersebut berujung pada progres hubungan yang cepat. Yha gimana yha, baru sehari bertemu Clementine udah ngebet untuk menikahi Joel—yang hanya mangut dan tidak protes. Orang biasa mungkin perlu sekitar seminggu atau lebih untuk pdkt, tetapi sepertinya Joel dan Clementine memang pasangan hipster.
Lanjut ke timeline waktu yang berbeda, kita langsung disuguhkan oleh sosok Joel yang menangis sesengukan ketika mengetahui Clementine—yang kini menjadi mantannya—sudah melupakannya dan move on ke lain hati. Clementine tidak dapat mengingat Joel sama sekali—ia bersikap seperti orang asing ketika Joel mengunjungi tempat kerjanya dan dengan sadisnya mencium pacar barunya di depan mata Joel. Belakangan baru diketahui bahwa Clementine melakukan prosedur yang bisa membuatnya melupakan sosok Joel. Nahloh, dobel sadis kan.
Sakit hati karena Clementine dengan mudah melupakannya begitu saja, Joel pun berniat melakukan hal yang sama. Ia mau terbebas dari segala kenangan akan Clementine; ingin menempuh hidup baru. Joel pun pergi ke Lacuna Inc., klinik yang sama dimana Clementine melupakan Joel. Oleh Dr. Howard Mierzwiak (Tom Wilkinson).
Malam itu, Joel bersiap melupakan Clementine. Kenangan mereka pada awalnya diisi dengan kenangan-kenangan terakhir saat hubungan mencapai titik suram—penuh pertengkaran dan kata-kata umpatan. Namun, seiring kenangan berjalan ke kenangan yang jauh lebih lama, Joel menyadari bahwa ia masih belum siap melupakan Clementine. Ia masih sayang, entah pada sosok Clementine, atau pada kenangan yang mereka ciptakan.
Di luar narasi Joel dan Clementine, kehadiran Dr. Howard Mierzwiak dan para pegawai Lacuna Inc—Mary Svevo (Kirsten Dunst) sang resepsionis, Stan Fink (Mark Ruffalo) sang teknisi andalan, dan Elijah Wood (Patrick) sang anggota termuda dan pacar baru Clementine—juga turut memiliki porsi penting dalam sequence cerita. Siap-siap aja karena akan ada plot twist yang menyertai karakter mereka (oops spoiler).
Eternal Sunshine of the Spotless Mind, seperti kenangan, meninggalkan jejak dan harum tersendiri di ingatan. Film ini, meski disampaikan dengan segala melankolisme dan kehati-hatiannya, tak takut mengungkap realita suram yang dapat terjadi pada suatu titik dalam hubungan.
Dalam cerita, Joel dan Clementine digambarkan saling naksir karena kepribadian satu sama lain yang beda drastis. Joel yang kalem dan terlalu manis membuat Clementine merasa aman, sementara Clementine yang meledak-ledak dan kreatif membuat Joel merasakan hal baru di kehidupannya yang stagnan. Seperti yang sering jadi dasar cerita film komedi romantis ber-budget pas-pasan: opposites do attracts.
Bersamaan dengan rasa tertarik, beda kepribadian ini jugalah yang kelak, menjadi gajah besar dalam ruang hubungan mereka. Suatu waktu, mereka menjadi lelah terhadap satu sama lain. Joel tidak tahan dengan tempramen Clementine, sementara Clementine tidak puas dengan sikap Joel yang kurang peka.
Bagi sebagian orang, menyudahi dan melupakan merupakan jawaban akan permasalahan. Bagi sebagian yang lain, kenangan bisa jadi merupakan the whole reason of someone’s existence—jika kenangan hilang, begitu pula eksistensi diri. Anjay.
Melalui Eternal Sunshine of the Spotless Mind, kita diajak mengarungi dilema Joel antara bertahan dan melupakan. Kita akan dibuat ikut berdenyut sakit dalam kisah depresifnya, juga dibuat rindu akan sesuatu—yang tidak tahu apa—bahkan berhari-hari setelah menamatkan film ini.
Mungkin karena, alih-alih memberi jawaban akan problematika hubungan Joel dan Clementine yang cukup umum dialami jutaan bucin lainnya, Eternal Sunshine of the Spotless Mind justru memunculkan pertanyaan baru: Is it the person or the memories that we actually hold onto? (Baca: Apakah orangnya atau kenangannya yang selama ini kita kekeuh pertahankan?).
Mampus, galau galau deh tuh.
“ How happy is the blameless vestal's lot! The world forgetting, but the world forgot. Eternal sunshine of the spotless mind! Each pray'r accepted, and each wish resign'd.'”
– Alexander Pope, " Eloisa to Abelard"
Kurnia Latif Maulani is currently balancing a campus life as an advertising student, a professional life as a freelance writer, and an alternate life inside her own head. You're always welcome to say hi on her Instagram (but beware of her spamming your timeline with cat videos).
.
Catherine Payne
Thank you for such an amazing and informative article! It’s useful to know how to continue small talk and eventually make it into a great conversation.
Ronald Chen
Catherine PayneThank you for your comment! I will publish more tips on social communication as well as some useful negotiation tricks so stay tuned!
Philip Bowman
Your tips helped me change my attitude to small talk, and I’m not avoiding them anymore. I hope to see more of such posts here in the future.