10 Film Ter-Happening 2018 (Ronde Kedua)

(Ilustrasi oleh Yashika Asmi)

 

 

Setelah me-review ronde pertamaini dia ronde kedua yang ditunggu.

Siap kembali melanjutkan hitung mundur? Countdown, resume!

 

 

5!

Spider-Man: Into the Spider-Verse

(Miles Morales sebagai Spider-Man. Sony Pictures.)

Notable quote:

“ My name is Miles Morales. I’m the one and only Spider-Man. At least that’s what I thought.”

  • Miles Morales

 

Saat artikel ini ditulis, Spider-Man sudah menghabiskan total 3 remake franchise film live-action. Abis dicekoki bertahun-tahun, siapa coba yang gak hafal plot besar dari manusia tarantula tersebut? Kira-kira kronologinya kayak gini: uncle Ben meninggal—Peter digigit laba-laba super—Peter kaget sama tubuhnya sendiri—Peter jadi Spider-Man dan nyelametin kota—Peter jadian sama MJ/Gwen Stacy. Di titik ini, penulis naskah harusnya udah kehabisan cara buat menceritakan kisah hidup Peter.

Eits, ternyata engga deng. Siapa sangka, premis kehidupan Peter Parker yang udah kita hapal di luar kepala, ternyata malah jadi running jokes empuk dalam salah satu film adaptasi Spider-Man terbaik sepanjang masa ini.

Di spider-verse ini, Miles Morales adalah spider-man ‘asli’ dari dunia Brooklyn. Harusnya, pola hidup Miles Morales juga akan plek ketiplek mirip dengan pola hidup Spider-Man. Tapi, adanya mesin buatan Kingpin yang membuka dimensi-dimensi dunia lain sukses mengacak-ngacak pola hidup Miles dengan 'membunuh' Peter Parker ‘Spider-Man’ serta ‘menghidupkan’ Peter Parker ‘The Amazing Spider-Man’, ‘Spider-Gwen’, ‘Spider-Man Noir’, ‘Spider-Ham’, dan Peni Parker. Bersama, para titisan Spider-Man mencoba mengalahkan Mr. Big sembari mencari cara untuk kembali ke dunia asal masing-masing.

Here’s the thing about this movie: Ibarat nasi campur, film ini—meskipun memiliki satu plot besar—terdiri dari berbagai karakter yang memiliki background cerita originalnya sendiri. Alih-alih melebar dan melantur kemana-mana, film ini bisa memprioritaskan jalan cerita yang fokus dan konsisten. Pun, hal ini didukung juga oleh penokohan yang telah dibangun kuat selama bertahun-tahun. Jadi, penulis naskah gak harus repot-repot menyajikan konteks yang rumit untuk memperkenalkan berbagai karakter dari spider-verse lain. Kembali lagi: Ibarat nasi campur, meskipun lauknya bermacam-macam, film ini tetap memberikan rasa yang enak dan pas di akhir santapan.

Selain itu, film ini hadir dengan format animasi yang unik. Film ini tidak takut menghidupkan berbagai macam gaya animasi (karena memang sejalan dengan universe yang dibangun): 3D-2D, komik-kartun-noir, semuanya dibabat habis.

Setting yang dinamis juga mendukung keasyikan film. Kita tidak akan merasa aneh ketika melihat pop-up narasi komik di tengah-tengah adegan baku hantam, begitu juga dengan pergantian musik yang mengikuti mood cerita. Ah, and the visual is out-of-this-world!

Plot (check!), visual (check!), music (check!), character (check!)—atas dasar itu semua, gak salah kalo misal film ini jadi salah satu masterpiece animasi masa kini.

 

 

4!

Sekala Niskala

(Ni Kadek Thaly Titi Kasih sebagai Tantri. Fourcolours Films.)

Notable quote:

“ Sepertinya saya yang jadi bulannya. Terang sekali. Tetapi lama-kelamaan terangnya menghilang.”

  • Tantri

 

Film besutan Kamila Andini ini sudah mendapat pengakuan dari mana-mana, mulai dari juara Grand Prix di BIFF, juara Golden Hanoman Award di Jogja-NETPAC AFF, hingga jadi best feature di Adelaide Film Festival. Akan jadi dosa besar kalo Happening Award gak menganugerahi film ini sebagai satu dari 10 film ter-Happening sepanjang 2018.

Sekilas tentang plot: Suatu hari di kamar rumah sakit, Tantri (10 tahun) menyadari bahwa ia tidak memiliki banyak waktu dengan saudara kembarnya, Tantra. Kondisi Tantra melemah dan mulai kehilangan indranya satu per satu. Setiap malam, Tantri akan terbangun dan bermimpi main bersama Tantra. Di bawah sinar rembulan, Tantri terus menari. Ia menari tentang rumah, alam, dan perasaannya. Bersama, Tantra dan Tantri mengalami perjalanan magis melalui ekspresi tubuh.

Sekala Niskala adalah sebuah puisi dalam wujud film. Menyaksikan setiap narasi dan gerakan yang tertutur dalam film ini seperti mendengarkan penyair menumpahkan kegelisahannya. Dibalut sinematografi apik dan ditemani koreografi cantik, Sekala Niskala mampu menuangkan rasa duka dan cinta Tantri tanpa harus berkata-kata.

Namun, membaca Sekala Niskala bukanlah perkara mudah. Segala simbol dan metafora yang tergambar (apa saja, baik itu alam maupun ruangan) dapat mengandung makna-makna dalam. Perkara bulan misalnya—bulan yang awalnya terang lama-lama menjadi redup sinarnya. Hal itu adalah bentuk representasi kondisi tubuh Tantra yang semakin melemah.

Seperti namanya—Sekala (Seen) Niskala (Unseen)—segala komponen dalam film ini mampu menyatu dan membentuk sebuah keseimbangan yang utuh.

 

 

3!

A Quiet Place

(John Krasinski dalam 'A Quiet Place'. Paramount Pictures)

Notable quote:

“ ……..”

  • Lee Abbott

 

Survival sepertinya menjadi genre yang gak habis habis digandrungi para filmmaker. Kali ini plotnya berputar pada kehidupan keluarga di sebuah tempat terpencil. Malangnya, mereka harus hidup tanpa menimbulkan suara sama sekali. Pasalnya, jika bersuara sekecil apapun,  hap!—monster buas akan memangsa mereka hidup-hidup.

Kebayang kan, suasana yang coba dibangun dalam film ini. Dalam dunia post-apocalypse arahan John Krasinki ini, diam bukan hanya berarti emas, diam berarti hidup. Alhasil, porsi besar film ini dihabiskan dalam kesunyian dan bisik-bisik mesra.

Dari pertama, plot sudah berjalan dengan tensi yang cukup tinggi. Baru di awal durasi saja, kita sudah disuguhkan oleh adegan anak bungsu Abbott yang dimakan monster. Tsades!

Tensi kemudian semakin naik menuju tengah dan akhir film. Puncaknya, rasa ngeri memenuhi sekujur bioskop saat Evelyn Abbott melahirkan anak terakhirnya dengan posisi setengah mati menahan suaranya, plus serumah dengan monster terkutuk itu! Emang perempuan baja Si Evelyn Abbot.

Kekuatan film ini, gak diragukan lagi, bertumpu pada keunikan format yang digagas. Absennya dialog dan bunyi tidak menjadikan film ini sepi atensi. Sebaliknya, justru keheningan yang membalut A Quiet Place menjadikan penonton enggak berani buat menolehkan kepalanya dari layar, takut kalo kalo ada scene penting yang terlewat.

Pun akting yang mumpuni juga ditunjukkan oleh jajaran aktor papan atas yang dipilih. Dari mulai pasangan suami-istri Abbott sampai anak-anak mereka, semuanya mampu membuat penonton larut dalam horror-nya main petak umpet bareng monster buas. Hii!

Tapi, A Quiet Place bukan cuma tentang bertahan hidup dari amukan monster. Lebih dari itu, A Quiet Place adalah tentang bertahan hidup sebagai manusia—meskipun ada elemen ke’manusia’annya yang dirampas: suara.

 

 

2!

Avengers: Infinity War

(Cast 'Avengers: Infinity War. Marvel Studio)

Notable quote:

“ Mr. Stark, I don’t feel so good.”

  • Peter Parker

 

Sebelum tanggal rilisnya, sekuel ketiga dari The Avengers (2012) ini memang telah mengumpulkan excitement tinggi karena jajaran cast-nya yang super canggih. Gimana enggak? Hampir semua seleb MCU ngumpul di film ini, kebayang kan rusuhnya kayak apa?

Dalam film ini, musuh semua orang adalah Thanos, self-proclaimed SJW yang ngebet pengen memusnahkan 1/3 dari penghuni bumi. Sayang, niat baiknya gak dipahami sama superhero Marvel lain. Alhasil, mulai dari Captain America yang akhirnya baikan sama Tony Stark, Spider-Man yang udah gak se-amatir di awal-awal, Black Panther dan para warga Wakanda, Thor dan adik kesayangannya, ScarJo, sampe ke franchise film sebelah (*colek Groot*) saling berkolaborasi buat mencegah Thanos. Yep, udah pasti rusuh sih.

Kabar baiknya, kerusuhan ini bukan cuma rusuh yang sekadar rusuh aja gitu. Sebaliknya, kerusuhan dalam film ini adalah the most epic rusuh in history! Kayaknya Russo bersaudara emang udah memikirkan mateng-mateng kerusuhan yang mau digarap dalam film ini, mulai dari plot yang multilayer, porsi hero dan villain yang sama-sama kuat dan simpati-able, hingga hasil akhir yang gak terduga dan bikin mewek. Semuanya totalitas, perfecto numero duo!

Dalam film ini, setiap hero diberikan porsi backstory + konflik masing-masing yang seimbang dan gak timpang. Meski terpecah-pecah, satu persatu sub-plot disajikan dengan detil dan gak terburu-buru. Emang udah terbukti keren, Russo brothers juga—dengan pintarnya—menyusun dialog-dialog humor yang ngena dan gak maksa. Russo brothers gak perlu repot-repot membuat dialog deskriptif panjang tentang MCU, cukup menyelipkan konteks kecil di sana-sini dan voila, percakapan yang terjadi terasa lebih realistis. Meski cuma menyelipkan seiprit konteks, Avengers: Infinity War tetap berjalan mulus tanpa meninggalkan lubang besar di dalam plot—mungkin karena lubang-lubang tersebut telah ditutupi oleh film-film MCU sebelumnya.

Pun disini Thanos digambarkan sebagai musuh yang cukup tinggi levelnya, jadi penonton juga gak dibuat skeptis duluan ketika menyaksikan adu hero vs villain ini. Saking kuatnya Thanos, nasib masa depan para hero juga masih belum jelas

Perihal CGI juga gausah dikomentarin lagi, gaada hairflip atau body shots yang lebay. Semua efek visual disajikan dengan proporsi ideal. Poin ekstra: endingnya yang ‘kentang’ sukses memupuk kembali excitement akan film sekuelnya yang dirilis tahun ini.

Overall, Avengers: Infinity War adalah fantasi semua Marvel snob yang berwujud kenyataan. Kalau dibandingin, universe sebelah emang perlu banyak study-tour lagi sih.

 

 

1!

 

*drumrolls dulu*

 

Black Panther

(T'Challa sebagai Black Panther. Marvel Studio)

Notable quote:

“ I never freeze.”

  • T’Challa

 

Nah, ini dia. Juara dari segala film ter-Happening yang hadir di 2018.

Black Panther sukses memberi gebrakan di awal tahun 2018 sebagai jagoan baru MCU. Sempat diperkenalkan secara singkat pada Captain America: Civil War (2016), Black Panther muncul dengan PD dalam film franchise-nya sendiri.

Berlatar waktu tepat setelah kematian raja T’Chaka, Pangeran T’Challa yang merupakan anak sulung harus naik pangkat dan mengisi kursi raja Wakanda, sebuah negara futuristik di benua Afrika. Wakanda itu bagaikan sebuah merk coklat yang-gak-bisa-disebut-namanya, gak-rela-bagi-bagi kecanggihan ke luar negara mereka. Meskipun borderline fasis, tapi slogan Wakanda Forever jadi hal yang catchy di telinga para warganya—semua orang terobsesi buat melindungi Wakanda. Mantan T’Challa, Nakia sempat memprotes idealisme Wakanda yang fasis dan ogah bagi-bagi itu. Tapi, kemungkinan adanya ancaman terhadap aset-aset Wakanda jadi salah satu alasan kenapa raja Wakanda masih insecure buat membuka diri ke negara lain. Wakanda yang tadinya adem ayem akhirnya terusik sejak Erik Killmonger, pangeran Wakanda yang hilang, menantang T’Challa dalam duel sebagai raja. Yada yada yada, silahkan nonton filmnya buat tau kelanjutan plotnya.

Ada beberapa alasan yang menjadikan Black Panther duduk di peringkat nomor satu film ter-Happening 2018. Yang pertama, Black Panther adalah film superhero yang revolusioner! Black Panther menandai film franchise superhero kulit hitam pertama. Hal ini gak cuma digambarkan dari jajaran pemain yang semuanya berkulit hitam, melainkan juga musik-musik yang mengiringi film—mulai dari Khalid sampe Kendrick Lamar, OST Black Panther jelas adalah OST paling hip-hop sepanjang sejarah film Superhero. Selain itu, Black Panther juga diisi oleh perempuan-perempuan keren. Mulai dari Okoye sang penjaga kerajaan, Nakia sang mantan yang humanis, sampai Shuri sang putri raja yang berotak superjantungnya kecanggihan Wakanda.

Berikutnya, Black Panther mengambil jalan yang gak umum dilewati dalam film-film Superhero. Konsep Good vs Evil menjadi batasan yang abu-abu dalam film ini. Semua tokoh punya kompleksitasnya sendiri-sendiri. Sang hero, T’Challa, digambarkan punya kelemahan dan bisa dikalahkan, sementara sang supposed-villain, Erik Killmonger, justru menuai simpati lewat backstory-nya yang suram dan motivasinya yang solid (+ mukanya yang bikin klepek-klepek). Alhasil, hal ini menimbulkan efek yang dilematis bagi penonton. Penonton jadi tidak bisa sesederhana itu menentukan side—yang untungnya, jadi poin plus bagi BP.

Di luar hal-hal tersebut, Black Panther juga dikemas dengan penuh intrik dan kritik sosial. Mirip dengan hal yang terjadi di dunia nyata, Black Panther menyorot perjuangan kaum teropresi dalam menuntut tempat yang layak di dunia. Dalam konteks ini, Erik Killmonger adalah representasi dari kaum yang tertindas (meskipun di akhir ia berusaha menjadi diktator) dan Wakanda menjadi simbol dari negara adidaya.

Black Panther is, unarguably, a revolutionary movie. And for that reason, we cannot not honor this movie.

 

 

Dengan ditutupnya hitungan mundur 10 Film ter-Happening 2018 ini, mari mari kita menjalankan resolusi tahun 2019 setelah sekian lama tertunda. Hepi niu year all! Ciao!

 

 

 

Kurnia Latif Maulani is currently balancing a campus life as an advertising student, a professional life as a freelance writer, and an alternate life inside her own head. You're always welcome to say hi on her Instagram (but beware of her spamming your timeline with cat videos).

Comments

Catherine Payne

Thank you for such an amazing and informative article! It’s useful to know how to continue small talk and eventually make it into a great conversation.

Ronald Chen

Catherine Payne

Thank you for your comment! I will publish more tips on social communication as well as some useful negotiation tricks so stay tuned!

Philip Bowman

Your tips helped me change my attitude to small talk, and I’m not avoiding them anymore. I hope to see more of such posts here in the future.

Send a Comment

NewsLetter

Keep up with our always upcoming product features and technologies.
Enter your e-mail and subscribe to our newsletter.