Pencarian Jati Diri Carol Danvers dalam 22 Jam
(Captain Marvel, Marvel Entertainment ©2019)
As we all know, sekuel terakhir dari geng Avengers akan kita temui di bioskop-bioskop kesayangan kayak kamu pada akhir April nanti. Sebelum seri terakhir ini tayang, MCU ngeluarin prekuel halus berupa kemunculan seorang superhero perempuan di bulan kemerdekaan perempuan ini. Yap, Captain Marvel, yang tanggal rilis internasionalnya bertepatan dengan International Women’s Day, 8 Maret. Nah, salah satu mimin HPNG yang berhasil nonton duluan di bioskop udah nggak sabar untuk nulis artikel (semoga) non-spoiler tentang film ini. Langsung cekidot aja yu qaqa.
Carol Danvers, a.k.a. Vers (iya yang dipake cuma empat huruf dari nama belakangnya aja), merupakan penduduk di planet Hala, meskipun sebenernya dia nggak terlahir dari bangsa Kree. Vers yang lupa ingatan selalu terbayang-bayang mantan mimpi aneh saat tidur sehingga dia ngga mau banyak-banyak tidur dan nyamperin John Watson Dumbledore muda Yon-Rogg untuk ngajak berkelahi (literally gebuk-gebukan). Pada fase ini, Vers masih belajar mengontrol emosinya supaya dia bisa mengendalikan kemampuannya dengan optimal. Labil kayak anak 4L4Y gitchu deh.
Seperti yang terlihat di trailer, Vers ditemukan tak sadarkan diri dalam keadaan terluka dan amnesia. Nah sejak saat itu, Vers “ditampung” oleh orang-orang Kree, sembari belajar pencak silat bela diri supaya bisa ikut perang melawan bangsa Skrupskrilaskidipapap Skrull. BTW, bangsa Skrulkitsul ini agak bahaya juga loh, kekuatan mereka nggak cuma berkelahi, tapi juga bisa berubah wujud sampe ke DNA, semoga sifat kemicinan orang-orang bumi yang sampe ke DNA ngga ditiru juga ya, huft.
Jadi gini, saat jalanin misi ke planet lain, Vers ternyata terdampar ke planet C-53 atau Bumi bersama dengan beberapa anggota Skrillexul. Yon-Rogg janjiin Vers untuk mengirimkan bantuan, tapi rute tercepat untuk sampai ke Bumi memakan waktu setidaknya 22 jam, nah di sanalah terjadi petualangan yang sebenarnya. Selain bertemu dengan Nick Fury, yang saat itu belum memandang orang lain dengan sebelah mata, Vers juga berkesempatan bertatap muka dengan agent barunya S.H.I.E.L.D., Phil Coulson. Nggak sampe di situ aja, Vers juga akhirnya ngerasain jadi anak warnet, iya dia pake komputer tabung zaman old gitu buat nge-stalk seseorang. Ciyeee Kérewl.
Sembari menghadapi ancaman anggota Skripsul, Vers juga harus menyelesaikan misinya di bumi, yakni mencari seorang ilmuwan yang menciptakan pesawat berkecepatan cahaya, jadi ngga sekadar stalking di internet aja yaw. Nah, hasil penelitiannya nanti rencananya akan dijadikan alat untuk mengakhiri perang dengan bangsa Skrulul. Yap, sesuai dengan kutipan kalimat Vers di trailer, “I’m not gonna fight your war, I’m gonna end it.”
Dari sekian banyak potongan memori Vers yang satu per satu disusun sampe jadi urutan cerita yang rapi, tentunya masih ada beberapa kekurangan yang sayangnya belum berhasil ditutupin. Pertama, durasi kedatangan Yon-Rogg ke Bumi yang rasanya udah lebih dari 22 jam. Selanjutnya, muncul beberapa jokes yang cheesy, kayak bukan tipikal jokesnya MCU gitu deh, misalnya … ah nanti aja deh kalian liat sendiri. Terus yang terakhir, SCENE GOOSE-NYA KURANG BANYAK TANTE DAN OM SUTTT!!!
Tapi gengs, film yang berlatar waktu di tahun ‘90-an ini sebenarnya terlihat berhasil menciptakan warna dan vibe yang sesuai dengan latar waktunya. Mulai dari color grading yang agak kekuningan, bentuk dan warna interior pesawat yang masih agak sederhana (at least ngga sama kayak warna-warna interior pesawat hi-tech-nya S.H.I.E.L.D. saat ini), sampe outfit dan interior beberapa bangunan yang terlihat klasik dan agak vintage. Ya meskipun teknologi komunikasi di Kree udah modern kayak film superhero zaman now, tapi nyatanya, Nick Fury masih pake pager* untuk hubungin pasukan S.H.I.E.L.D. diem-diem tuh, rencananya ketauan lagi sama si Vers.
Meskipun saat artikel ini ditulis rating Captain Marvel di IMDb ada di angka 5.6/10, tapi masih boleh lah kalo kalian mau nonton buat... ngeliat... Opa Stan... sekali lagi.... *sobs*. Ya udah gitu aja, jangan lupa baca artikel tentang emak-emak greget yang satu ini ya, terus jangan lupa juga, post credit-nya ada dua loh gengsss! Met nonton.
*pager: bukan pintu ya, bukan, tapi alat telekomunikasi untuk menyampaikan dan menerima pesan pendek yang marak digunakan pada tahun 90-an. Kalian udah lahir belom tuh?
P.s.: mon maap kalo banyak coret-coretan dan typo, miminnya masih nyubi nih, huft.
Tristin Hartono is an active senior communication student with "broadcasting" as her interest sub-major. She's currently into philosophy and old Greek stories. You can catch her up at Instagram, where she maintains her feeds tidy since November 2017.
Catherine Payne
Thank you for such an amazing and informative article! It’s useful to know how to continue small talk and eventually make it into a great conversation.
Ronald Chen
Catherine PayneThank you for your comment! I will publish more tips on social communication as well as some useful negotiation tricks so stay tuned!
Philip Bowman
Your tips helped me change my attitude to small talk, and I’m not avoiding them anymore. I hope to see more of such posts here in the future.